Tuesday, August 10, 2010

Di Bulan Puasa, Incumbent Jangan Umbar Janji Palsu

Di Bulan Puasa, Incumbent
Jangan Umbar Janji Palsu

Ketua MUI: Seba Itu Bukan Ibadah…

Sejumlah tokoh agama menyerukan kepada incumbent, calon kepalal daerah untuk tidak berkampanye dan mengumbar janji palsu pada saat bulan suci ramadhan.

Dikhawatirkan kalau bulan puasa bisa dijadikan incumbent atau calon kepala daerah lain untuk membungkus kampanye dengan nuansa Islami. Misalnya, berbuka puasa bersama, bantuan sembako kepada masyarakat dan lainnya.

Menurut Ketua Umum PBNU Prof Dr Said Aqil Siradj, momentum ramadhan sebaiknya digunakan amal saleh, bukan untuk mengumbar janji palsu.

“Mungkin tidak hanya di bulan Ramadhan, tapi hari-hari biasa juga harus diisi dengan hal-hal positif.

Jika kepala daerah ngoblral janji dan hanya sebatas omong kosong, maka hal itu tidak diperkenankan. Sebab
janji itu adalah hutang, maka kalau berjanji maka wajib baginya untuk melunasinya,” kata Said kepada Rakyat Merdeka kemarin.

Meski demikian, Said tidak melarang calon kepala daerah yang berniat ibadah dengan cara bersosial. Misalnya, mengadakan acara pengajian ataupun buka puasa bersama dengan anak yatim.

“Asalkan niatnya baik, bukan untuk kampanye. Kalau itu bagian dari hablumninanas, maka diperbolehkan,” jelasnya.

Senada diungkapkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amidan menegaskan, kampenye calon kepala daerah yang dibungkus dengan nuansa Islami bukan termasuk ibadah, tapi termasuk perbuatan sia-sia.

“Innamal a’amalu binniat (perbuatan itu tergantung pada niatnya).Jika perbuatan itu dilandasi dengan niat tulus mengharap ridha dari Allah, maka Insya Allah mendapatkan pahala, tapi tidak sebaliknya,” katanya kepada Rakyat Merdeka kemarin.

Dia juga tidak memperkenankan momen bulan puasa di rusak dengan membagi-bagikan sesuatu dengan harapan mendapatkan suara dari masyarakat.

“Memang agak sulit mengira-ngira niatan seseorang, tapi kalau niatnya itu selain karena Allah, maka itu tidak diperbolehkan,” jelasnya.
Meski demikian, dia tidak menghalang-halangi setiap orang, termasuk calon kepala daerah untuk melakukan amal shaleh.

Selian itu, dia juga mengimbau kepada masyarat agar tidak berprasangka buruk terhadap calon kepala daerah yang membuat kegiatan religi.
“Kalau tidak ada bagi-bagi uang ataupun obral janji, dan hanya sekadar silaturahim itu bagus,” ucapnya.

Sementara, pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Gofur Sangaji mengimbau, kepada para calon kepala daerah yang sedang berkampanye, agar jangan menodai bulan suci Ramadhan dengan intrik-intrik politik. Jika manuver-manuver politik itu dilakukan, dikhawatirkan akan mengganggu masyarakat dalam menjalankan ibadah di Bulan Ramadhan.

“Sebaiknya, di bulan suci ini para kandidat menahan diri. Jangan sampai ada intrik-intrik politik untuk kampanye terselubung,” tuturnya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Gofur menilai, kampanye terselubung dalam bentuk apapun tidak akan efektif selama Bulan Ramadhan. Karena menurut dia, saat Bulan Ramadhan, masyarakat lebih fokus pada peningkatan ibadah di bulan puasa.

“Masyarakat tidak akan tertarik dengan intrik politik di bulan puasa. Karena perhatian masyarakat sudah tertuju pada peningkatan amal ibadah di bulan puasa,” katanya.
Meski begitu, Gofur mengingatkan kepada para kandidat dan incumbent agar dapat menahan diri untuk tidak berkampanye selama bulan puasa. Apalagi fenomena kampanye terselubung sudah menjadi hal mudah untuk dilakukan. karena kampanye terselubung di bulan Ramadhan sulit dideteksi oleh KPUD maupun bawaslu.

“Dibutuhkan etika moral dari para kandidat untuk dapat menahan diri. Karena kampanye terselubung memanfaatkan momen bulan Ramadhan sangat mudah dilakukan,” ungkapnya.

Karena itu, masyarakat agar cerdas memfilter mana yang kampanye trselubung mana yang memang terdapat unsur-unsur kampanye.
QAR/CR-BCG

No comments:

Post a Comment